• Wed, Jul 2025

Banun Kinantan, Bayi Harimau Sumatera Lahir di TMSBK Bukittinggi

Banun Kinantan, Bayi Harimau Sumatera Lahir di TMSBK Bukittinggi

Bayi harimau tersebut lahir dari pasangan harimau Sumatra indukan bernama Mantagi (10 tahun) dan pejantan Bujang Mandeh (12 tahun). Kelahiran Banun menambah koleksi satwa langka ini di TMSBK menjadi delapan ekor.


BUKITTINGGI | SERANTAUMEDIA - Kebun Binatang Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi kembali mencetak sejarah dengan kelahiran seekor bayi Harimau Sumatra betina.

Bayi harimau yang lahir pada 28 Desember 2024 itu kini telah berusia 3,5 bulan dan diberi nama Banun Kinantan.

Bayi harimau tersebut lahir dari pasangan harimau Sumatra indukan bernama Mantagi (10 tahun) dan pejantan Bujang Mandeh (12 tahun). Kelahiran Banun menambah koleksi satwa langka ini di TMSBK menjadi delapan ekor.

“Kelahiran Banun menambah koleksi Harimau Sumatra di TMSBK menjadi delapan ekor. Ini belum termasuk satu ekor lagi yang masih dalam masa observasi,” ujar drh Yoli Zulfanedi, dokter hewan TMSBK dilansir antaranews.com, Jumat (18/4/2025).

Delapan harimau Sumatra yang saat ini menghuni TMSBK di antaranya adalah Bancah (jantan, 20 tahun), Dara Jingga (betina, 16), Bujang Mandeh (jantan, 12), Mantagi (betina, 10), Bujang Kinantan (jantan, 8), Yani (betina, 8), Boncel (jantan, 7), dan Banun Kinantan.

Di luar delapan harimau itu, terdapat satu ekor harimau Sumatra betina bernama Si Mauang yang kini dalam masa observasi.

Satwa tersebut dievakuasi dari wilayah konflik manusia-satwa di Taruyan, Nagari Tigobalai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, pada 12 Maret 2025.

“Si Mauang bisa saja dilepasliarkan kembali ke habitatnya jika memungkinkan. Tapi kami juga menyiapkan opsi untuk merawatnya di TMSBK sebagai bagian dari upaya konservasi,” tambah Yoli.

Kehadiran Banun menjadi bukti keberhasilan TMSBK dalam menjalankan peran sebagai lembaga konservasi ek-situ, yaitu pelestarian satwa di luar habitat aslinya.

Hal ini sangat penting, mengingat Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu spesies yang sangat terancam punah.

Menurut Amril, salah satu penjaga harimau di TMSBK, Banun kini sudah mulai diberi makanan padat berupa daging sapi dan ayam.

“Dalam sehari, Banun bisa makan setengah sampai satu kilogram daging. Tapi sampai sekarang dia masih kami beri susu dua kali sehari, pagi dan sore. Induknya hanya menyusui selama seminggu pertama setelah melahirkan,” ujar Amril.

Harimau Sumatra merupakan subspesies harimau terakhir yang masih hidup di Indonesia. Populasinya di alam liar diperkirakan kurang dari 400 ekor.

Oleh karena itu, setiap kelahiran harimau dalam penangkaran menjadi kabar baik yang penting untuk konservasi spesies ini.

TMSBK Bukittinggi, yang berdiri sejak zaman kolonial Belanda, kini terus memperkuat perannya sebagai pusat edukasi dan pelestarian satwa endemik Indonesia.

Kelahiran Banun Kinantan menjadi momentum penting dalam kampanye perlindungan Harimau Sumatra dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.