• Sat, Aug 2025

CLSA Prediksi Bank Mandiri Bakal Salip BRI Jadi Bank Paling Menguntungkan di Indonesia Tahun 2025

CLSA Prediksi Bank Mandiri Bakal Salip BRI Jadi Bank Paling Menguntungkan di Indonesia Tahun 2025

Lanskap perbankan Indonesia siap mengalami perubahan signifikan pada tahun 2025, karena tantangan likuiditas dan perlambatan pertumbuhan kredit mengubah industri tersebut.


SERANTAUMEDIA - Lanskap perbankan Indonesia siap mengalami perubahan signifikan pada tahun 2025, karena tantangan likuiditas dan perlambatan pertumbuhan kredit mengubah industri tersebut. 

Menurut laporan CLSA, Bank Mandiri (IDX: BMRI) milik negara diproyeksikan akan menyalip Bank Rakyat Indonesia (IDX: BBRI) milik negara sebagai bank dengan laba bersih tertinggi di negara ini.

Riset CLSA memperkirakan laba bersih Bank Mandiri tumbuh tipis 0,4 persen menjadi Rp 60,3 triliun ($3,69 miliar) pada tahun 2025, melampaui laba bersih BRI yang diharapkan sebesar Rp 57 triliun—penurunan tajam 19% dari proyeksi sebelumnya. 

Sebaliknya, laba bersih Bank Central Asia (IDX: BBCA) diperkirakan turun tipis 1 persen menjadi Rp 57,6 triliun, menempatkannya di belakang Mandiri.

Laporan tersebut menyoroti bahwa kinerja Bank Mandiri yang stabil, dipadukan dengan basis laba yang relatif tinggi, memposisikannya sebagai pesaing utama di tengah kondisi likuiditas yang ketat dan tantangan dalam ekspansi kredit. 

Namun, untuk tahun 2024, BRI masih diantisipasi untuk memimpin dengan laba bersih sebesar Rp 58,8 triliun, mengungguli Mandiri (Rp 56 triliun) dan BCA (Rp 54,5 triliun).

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target pertumbuhan kredit sebesar 11-13 persen untuk tahun 2025, sedikit lebih tinggi dari target 10-12 persen untuk tahun 2024. Namun, empat bank terbesar di negara ini mengisyaratkan prospek yang lebih hati-hati. 

CLSA mencatat bahwa pertumbuhan kredit Mandiri yang lebih lambat berasal dari basisnya yang sudah besar, sementara BRI tetap konservatif karena berfokus pada peningkatan segmen pinjaman mikro.

Kredit ritel diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada tahun 2025, dengan potensi dukungan dari pelonggaran moneter. 

CLSA memperkirakan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin menjadi 5,5 persen tahun ini. Namun, tantangan likuiditas masih ada karena nilai tukar rupiah yang tidak stabil dan peningkatan penerbitan obligasi pemerintah yang diharapkan akan mendukung ekspansi fiskal.

CLSA mempertahankan peringkat outperform untuk bank-bank besar di Indonesia, termasuk Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Mandiri, serta Bank Negara Indonesia (IDX: BBNI) dan Bank Tabungan Negara (IDX: BBTN). 

Target harga bank-bank tersebut masing-masing adalah Rp 12.100, Rp 5.100, Rp 7.700, Rp 5.950, dan Rp 1.450. 

Sebaliknya, BTPN Syariah (IDX: BTPS) dan Bank Jago (IDX: ARTO) mendapat peringkat “tahan”, yang mencerminkan prospek mereka yang kurang menguntungkan.

Meskipun likuiditas sedang ketat, CLSA mencatat bahwa kualitas aset tetap stabil, dengan cakupan pinjaman berisiko yang memadai di seluruh bank besar. 

Biaya kredit yang stabil diharapkan dapat memberikan sedikit kelegaan bagi sektor ini saat menghadapi lingkungan ekonomi makro yang menantang. *** (dmh)