PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali menjadi perhatian di Provinsi Riau. Setelah sebelumnya ditemukan kasus di Kampar, kini laporan serupa muncul di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) dan Indragiri Hilir (Inhil). Total kasus PMK yang tercatat di Riau kini mencapai 32 kasus.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau, Heri Afrizon, mengonfirmasi perkembangan ini. Menurutnya, kasus terbaru menunjukkan penyebaran yang meluas di beberapa kabupaten.
“Saat ini sudah ada 32 kasus PMK di Riau. Yang terbaru kami mendapat laporan ada 26 kasus di Inhu, empat kasus di Inhil, dan dua kasus di Kampar yang sebelumnya sudah terdeteksi,” ungkap Heri, Selasa (22/1).
Meski jumlah kasus bertambah, Heri memastikan bahwa hingga saat ini belum ada ternak yang mati atau harus dipotong paksa akibat penyakit ini.
Ia menegaskan, upaya penyembuhan terhadap ternak yang terpapar terus dilakukan oleh tim medis.
“Dari 32 kasus yang ada, hingga kini belum ada laporan ternak mati maupun yang harus dipotong paksa. Kami masih berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan ternak yang terinfeksi,” jelasnya.
Selain itu, Heri mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan jika menemukan gejala PMK pada ternaknya. Langkah cepat dan tepat dinilai sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih luas.
“Kami harapkan masyarakat yang menemukan ada ternaknya terpapar PMK segera melapor. Penyebaran penyakit ini cukup cepat, sehingga harus segera diantisipasi,” tambahnya.
PMK merupakan penyakit menular yang dapat menyebar dengan cepat melalui kontak langsung antara hewan atau melalui peralatan yang terkontaminasi.
Gejala PMK meliputi luka pada mulut dan kuku hewan, demam, hingga penurunan produktivitas ternak.
Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga kebersihan kandang, menghindari kontak dengan ternak yang tidak sehat, serta mengikuti prosedur biosekuriti yang disarankan oleh Dinas PKH.
Dengan adanya laporan ini, pemerintah provinsi berharap masyarakat lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan ternaknya.
“Kami terus memonitor situasi dan berkoordinasi dengan peternak untuk memastikan wabah ini dapat segera diatasi,” tutup Heri.