• Wed, Dec 2025

Pemprov Riau Gelar Sarasehan Budaya, Mengupas Masa Depan Tradisi Pantun

Pemprov Riau Gelar Sarasehan Budaya, Mengupas Masa Depan Tradisi Pantun


PEKANBARU: SERANTAU MEDIA - Dalam rangka memperingati Hari Pantun Nasional, Pemerintah Provinsi Riau menggelar Sarasehan Tradisi Pantun sebagai ruang diskusi budaya untuk menelusuri sejarah, menggali nilai, sekaligus merumuskan langkah konkret pelestarian pantun agar tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.

Dikatakan Asisten I Setdaprov Riau, Zulkifli Syukur, Sarasehan Hari Pantun Nasional ini ditempatkan sebagai ruang yang substantif dan bermakna. Hal itu guna membicarakan bagaimana pantun, sebagai warisan budaya tak benda telah diakui dunia dan diterjemahkan secara nyata.

"Di sinilah pantun tidak hanya dilantunkan, tetapi dipikirkan keberlanjutannya. Tidak hanya dipuja, tetapi dirumuskan masa depannya," ungkapnya di Anjung Seni Idrus Tintin, Rabu (17/12).

Menurutnya, pantun bagi masyarakat Melayu bukan sekadar karya sastra. Ia hidup dalam tunjuk ajar Melayu. Pantun mengatur cara berkata, cara menasihati, cara mengingatkan, bahkan cara berbeda pendapat dengan tetap menjaga adab.

"Dalam pantun, kecerdasan berpadu dengan kesantunan, dan keindahan bersanding dengan kebijaksanaan," tuturnya.

Oleh karena itu, sarasehan ini menjadi penting dan strategis. Diskusi yang berlangsung hari ini, baik yang membahas akar sejarah pantun, nilai-nilai budaya yang dikandungnya, maupun tantangan pelestariannya di masa kini.

Di tengah perubahan zaman, Pemprov Riau tetap ingin menjaga warisan yang menjadi simbol kebanggaan Bumi Lancang Kuning. Ia harus terus hidup, meski zaman terus bergerak berganti.

"Kita ingin memastikan bahwa pantun tidak berhenti sebagai simbol kebanggaan, tetapi terus hidup sebagai praktik budaya yang relevan dengan zaman, terutama di tengah tantangan modernisasi, digitalisasi, dan perubahan cara generasi muda berkomunikasi," tutupnya.

Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Riau, Datuk Alang Rizal, yang menekankan pentingnya pemaknaan pantun di tengah arus konten digital yang semakin berkembang.

Menurut Datuk Alang Rizal, melalui peringatan Hari Pantun Nasional, generasi muda diharapkan tidak hanya mengenal pantun sebagai bentuk peninggalan tempo dulu. Tetapi mampu mempelajarinya secara lebih mendalam sebagai bagian dari identitas budaya.

“Melalui peringatan Hari Pantun Nasional ini generasi muda sebagai penanggung jawab untuk mewarisi kearifan lokal tradisi budaya bisa belajar lebih banyak. Sehingga di dalam konten-konten kreatif tidak hanya bertujuan untuk viral dan mendapatkan finansial, tetapi lebih kepada mempunyai makna serta nilai di dalam videonya,” ujar Datuk Alang Rizal. 

Ia menjelaskan, pantun memiliki fungsi penting sebagai pusat ingatan kolektif masyarakat, termasuk dalam merekam hubungan manusia dengan alam. Secara ekologis, pantun mencerminkan kehidupan masa lalu yang sarat dengan pesan tentang lingkungan dan keseimbangan alam.

“Umpamanya, secara ekologis bisa menjadi pusat ingatan bahwa masa lalu kita punya banyak yang harus diingat untuk generasi masa kini dan pada generasi masa mendatang. Sebagai salah satu contohnya, di dalam pantun itu banyak menggunakan sampirannya itu, lingkungan di sekitar,” jelasnya. (MCR)