• Wed, Aug 2025

Sampah Masih Jadi Masalah di Pekanbaru, PT EPP Belum Mampu Penuhi Tonase Harian

Sampah Masih Jadi Masalah di Pekanbaru, PT EPP Belum Mampu Penuhi Tonase Harian

Berdasarkan kontrak kerja, operator diwajibkan mengangkut setidaknya 750 ton sampah setiap harinya. Namun, target tersebut belum terpenuhi.


PEKANBARU | SERANTAUMEDIA - Kinerja operator angkutan sampah di Kota Pekanbaru, PT Ella Pratama Perkasa (EPP), terus menjadi perhatian serius. Pasca-penerapan status darurat sampah, optimalisasi pengangkutan masih menjadi tantangan yang belum sepenuhnya teratasi.

Salah satu evaluasi utama adalah belum tercapainya target tonase angkutan sampah harian. Berdasarkan kontrak kerja, operator diwajibkan mengangkut setidaknya 750 ton sampah setiap harinya. Namun, target tersebut belum terpenuhi.

“Hal itu sudah tertuang dalam kontrak, tapi pengangkutan operator belum bisa memenuhi tonase harian,” ungkap Plt Kepala DLHK Kota Pekanbaru, Iwan Simatupang.

Untuk memastikan keakuratan data, DLHK telah melakukan kalibrasi terhadap timbangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar II pada 17 Januari 2025. Langkah ini diambil agar operator tidak memiliki alasan terkait akurasi alat timbang.

“Jadi timbangan lebih akurat dan memenuhi ketentuan. Kami mengingatkan operator untuk memastikan tonase harian tercapai sesuai kontrak,” tambah Iwan.

Iwan menjelaskan bahwa sistem pembayaran kepada operator didasarkan pada jumlah tonase sampah yang berhasil diangkut ke TPA.

Pemko Pekanbaru telah menganggarkan sekitar Rp 33 miliar untuk kerja sama pengangkutan sampah selama enam bulan, terhitung sejak Januari 2025.

“Nilai pembayaran diambil dari nilai tonase yang terangkut. Jadi mereka harus memenuhi target tonase harian agar pembayaran sesuai kontrak dapat dilakukan,” jelasnya.

Namun, salah satu kendala utama dalam optimalisasi pengangkutan sampah adalah minimnya fasilitas pendukung.

Hingga kini, operator hanya memiliki satu Trans Depo yang berlokasi di Kecamatan Rumbai Barat. Kondisi ini memperlambat proses pengangkutan karena jarak yang jauh antara Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Trans Depo.

“Jarak TPS ke Trans Depo membuat waktu pengangkutan jadi lebih lama. Dump truck membutuhkan hampir dua jam untuk mencapai Trans Depo dari TPS, belum termasuk waktu menuju TPA,” jelas Iwan.

DLHK mendesak operator untuk memperbaiki sistem pengangkutan agar lebih efektif dan efisien. Iwan menekankan pentingnya peningkatan fasilitas dan penambahan armada untuk mempercepat rotasi pengangkutan sampah.

“Kami mengingatkan operator untuk memperbaiki sistem pengangkutan. Waktu yang lama dari TPS ke Trans Depo harus dipangkas agar tonase harian dapat terpenuhi,” tegasnya.

Pemko Pekanbaru berharap permasalahan ini dapat segera teratasi sehingga kebersihan kota lebih terjaga.

Status darurat sampah yang sempat diberlakukan harus menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah di masa mendatang.