• Sat, Aug 2025

Human Metapneumovirus Ditemukan di Indonesia, Pakar Sebut Tidak Mematikan

Human Metapneumovirus Ditemukan di Indonesia, Pakar Sebut Tidak Mematikan

Human Metapneumovirus (HMPV), yang telah menyebar di Tiongkok, kini telah dilaporkan masuk ke Indonesia, dengan anak-anak diidentifikasi sebagai kelompok yang paling rentan.


SERANTAUMEDIA - Human Metapneumovirus (HMPV), yang telah menyebar di Tiongkok, kini telah dilaporkan masuk ke Indonesia, dengan anak-anak diidentifikasi sebagai kelompok yang paling rentan. 

Meskipun ada kekhawatiran, para ahli mengklarifikasi bahwa virus tersebut telah lama ada di Indonesia dan bukan virus yang mematikan.

"HMPV telah beredar di seluruh dunia sejak lama, dan sebagian besar orang kemungkinan terinfeksi saat masih anak-anak. Namun, baru teridentifikasi secara jelas pada tahun 2001," kata Prof. Tri Wibawa, guru besar mikrobiologi klinis di Universitas Gadjah Mada (UGM), pada hari Jumat, 10 Januari 2025.

Ia menambahkan bahwa otoritas Tiongkok mengonfirmasi bahwa HMPV yang saat ini menyebar adalah jenis yang sudah tua.

Prof. Tri menjelaskan bahwa HMPV memiliki kemiripan dengan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, terutama dalam menyebabkan infeksi saluran pernapasan. 

Gejalanya meliputi batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin, sakit tenggorokan, dan mengi. Dalam kasus yang parah, terutama pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah yang serius.

“HMPV menyebar melalui droplet, cairan tubuh yang terkontaminasi, dan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, seperti halnya COVID-19,” ujarnya, seraya mencatat bahwa infeksi ulang mungkin saja terjadi.

Meskipun HMPV memiliki beberapa kesamaan sifat dengan SARS-CoV-2, Prof. Tri mengatakan virus tersebut tidak menyebabkan penyakit fatal dalam kebanyakan kasus.

“Bagi kebanyakan orang, penyakit ini sembuh dengan sendirinya, mirip dengan influenza,” katanya, seraya menambahkan bahwa HMPV tidak menimbulkan risiko pandemi dan memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah daripada SARS-CoV-2.

Namun, anak-anak, lansia di atas 65 tahun, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau kondisi pernapasan lebih rentan terhadap komplikasi yang parah.

Karena gejala HMPV sangat mirip dengan gejala influenza, Prof. Tri menghimbau masyarakat untuk tetap waspada. Meskipun saat ini belum ada vaksin untuk HMPV, menjaga gaya hidup sehat adalah kunci pencegahan.

Ia menganjurkan untuk mencuci tangan secara teratur, mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan mengenakan masker saat mengalami gejala pernapasan.

“Membangun respons imun yang kuat dapat membantu mencegah penyakit parah,” katanya.

Prof. Tri juga menyarankan untuk menghindari kontak dekat dengan orang yang diduga terinfeksi. Dengan langkah pencegahan yang tepat, ia menyatakan optimis bahwa penyebaran HMPV dapat diminimalkan.

Pertama kali ditemukan di Belanda pada tahun 2001, HMPV adalah virus musiman yang biasanya menyerang sistem pernapasan. Virus ini menyebabkan gejala yang mirip dengan flu biasa, termasuk batuk, demam, dan sakit tenggorokan, yang biasanya berlangsung selama 2-5 hari.

Sementara laporan terkini menunjukkan peningkatan kasus HMPV di Tiongkok, pihak berwenang telah menepis klaim tentang wabah yang parah. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok mengonfirmasi peningkatan kasus HMPV, influenza, rhinovirus, dan pneumonia mikoplasma selama musim dingin, tetapi mengklarifikasi bahwa situasi tersebut telah dibesar-besarkan di media sosial. *** (dmh)