BATAM | SERANTAUMEDIA - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam mencatat penurunan okupansi atau Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebesar 42,01 persen pada Februari 2025.
Angka tersebut turun 5,11 poin dibandingkan Januari 2025 yang tercatat sebesar 47,12 persen.
Praktisi pariwisata Surya Wijaya menilai, kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah sejak awal tahun ini menjadi salah satu faktor penurunan okupansi hotel tersebut.
"Efisiensi anggaran sangat berdampak pada hotel bintang 3 hingga 5 karena kerja sama mereka dengan pemerintah mereka cukup besar, khususnya di sektor Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE," ujarnya, Sabtu (12/4/2025).
Surya melanjutkan, dampak efisiensi anggaran tidak terlalu terasa bagi hotel non-bintang atau bintang 3 ke bawah. Hal ini karena hotel-hotel di segmen tersebut lebih banyak menyasar wisatawan mandiri atau Free Independent Travelers (FIT).
Menurutnya, pelaku pariwisata dapat menyikapi kondisi ini dengan mulai mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah. Selain itu, mereka juga harus lebih kreatif dalam menjalin kerja sama dengan pelaku industri pariwisata lainnya, seperti tour operator.
"Contohnya, hotel-hotel di Malaysia bisa memberikan harga khusus untuk wisatawan asal Indonesia. Sementara hotel-hotel seperti di Batam umumnya menetapkan harga berdasarkan market wisatawan asal Singapura," ujarnya.
"Hal ini membuat tarif hotel di Batam cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hotel-hotel di Malaysia. Seharusnya kita bisa lebih kreatif melihat peluang pasar yang ada," sambung Surya.
Penulis: Irvan Fanani