• Thu, Jul 2025

Praktisi Pariwisata: Batam Tak Alami Pseudotourism Seperti Bali

Praktisi Pariwisata: Batam Tak Alami Pseudotourism Seperti Bali

Fenomena pseudotourism merupakan kondisi di mana tingginya angka kunjungan wisatawan tidak diiringi dengan dampak ekonomi yang signifikan bagi pelaku industri pariwisata lokal.


BATAM | SERANTAUMEDIA - Praktisi pariwisata Surya Wijaya menilai Kota Batam tidak mengalami fenomena pseudotourism seperti yang terjadi di sejumlah destinasi wisata unggulan lain di Indonesia, termasuk Bali.

Fenomena pseudotourism merupakan kondisi di mana tingginya angka kunjungan wisatawan tidak diiringi dengan dampak ekonomi yang signifikan bagi pelaku industri pariwisata lokal. Surya menyebut, wisatawan hanya datang sebentar, tanpa menginap dan membelanjakan uang mereka secara optimal di destinasi tersebut.

"Fenomena ini terjadi di banyak wilayah, salah satunya di Bali. Wisatawan datang, tapi dampaknya kecil bagi sektor akomodasi, kuliner, transportasi dan lainnya," ujarnya, Selasa (29/4/2025).

Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), selama libur Lebaran 2025 tercatat lebih dari 123 juta pergerakan wisatawan nusantara. Namun di lapangan, okupansi hotel berbintang di sejumlah daerah seperti Yogyakarta, Bali dan Labuan Bajo justru stagnan. Bahkan, Data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebutkan tingkat okupansi hanya berkisar 40-55 persen.

Berbeda dengan kondisi tersebut, Surya menilai bahwa Batam justru mengalami tren positif. Menurutnya, kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Batam sejalan dengan tingkat okupansi hotel yang meningkat.

"Menariknya, Batam tidak mengalami fenomena pseudotourism ini. Wisatawan yang datang ke Batam umumnya menginap dan membelanjakan uang mereka. Ini memberi dampak nyata terhadap ekonomi lokal. Kita ingin kondisi ini bisa terus dipertahankan," ujarnya.

"Apa yang terjadi di Bali itu karena promosi yang dilakukan oleh industri pariwisata tidak saling mendukung. Akibatnya banyak hotel atau akomodasi-akomodasi liar (ilegal) yang tidak terdaftar menjadi alternatif bagi wisatawan," sambungnya.

Surya berharap, fenomena Pseudotourism tidak terjadi di Kepri, khususnya Batam. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam industri pariwisata untuk memastikan keberlanjutan dampak ekonomi dari sektor ini.

"Kuncinya cuma satu, semua pelaku industri pariwisata harus saling dukung, bekerja sama meningkatkan kolaborasi," ujarnya.

Penulis: Irvan Fanani