• Sat, Aug 2025

Hadapi Kebijakan Tarif Resiprokal AS, Ini Langkah Strategis BP Batam

Hadapi Kebijakan Tarif Resiprokal AS, Ini Langkah Strategis BP Batam

Deputi Investasi dan Pengusahaan Badan Pengusahaan (BP) Batam, Fary Djemy Francis mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah strategis agar arus ekspor tetap jalan, meski dibayang-bayangi tarif tinggi.


BATAM | SERANTAUMEDIA - Kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang diterapkan sejak 2 April 2025 membuat dunia usaha Indonesia, termasuk Batam harus putar otak.

Pemerintah AS menetapkan tarif bea masuk sebesar 32 persen untuk barang ekspor-impor, hal itu dinilai bisa memukul neraca dagang Tanah Air.

Menanggapi hal tersebut, Deputi Investasi dan Pengusahaan Badan Pengusahaan (BP) Batam, Fary Djemy Francis mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah strategis agar arus ekspor tetap jalan, meski dibayang-bayangi tarif tinggi.

"Perusahaan-perusahaan di Batam banyak yang orientasinya ekspor. Sepanjang 2024, ekspor dari Batam ke AS tembus USD $4 miliar, atau sekitar 25 persen dari total ekspor Batam,” ujarnya, Sabtu (5/4/2025).

Ia menyebutkan, kebijakan perdagangan dari AS ini akan berdampak pada minat dan perluasan investasi, khususnya dari perusahaan yang menyasar pasar AS.

Menurutnya, BP Batam sudah terbiasa dengan manuver-manuver kebijakan global seperti ini. "BP Batam punya strategi yang sudah disiapkan secara komprehensif," ujarnya.

Terdapat lima langkah strategis BP Batam dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal AS yakni melakukan penyesuaian kebijakan dan insentif; memperkuat industri bernilai tambah agar ekspor dapat tetap dilakukan ke AS; memaksimalkan status Batam sebagai FTZ; memperkuat koordinasi BP Batam bersama pemerintah pusat ke berbagai saluran diplomasi perdagangan internasional; dan melakukan agregasi supply-chain perdagangan internasional bersama sektor swasta lainnya.

Menurut Fary, strategi ini dirancang agar Batam tetap bisa bersaing menghadapi tantangan perekonomian secara global.

“BP Batam tidak akan menghindari AS sebagai tujuan pasar, tetapi kami akan berjuang agar tetap kompetitif meskipun ada tarif yang telah ditetapkan,” ujarnya.

Fary menyebut kelima langkah tersebut sejalan dengan arah kebijakan BP Batam yang saat ini tengah fokus pada penguatan daya saing dan efisiensi biaya produksi.

"Dengan demikian, meski dengan tarif yang ada, barang-barang dari Indonesia akan tetap kompetitif saat memasuki pasar AS," ujarnya.

Ia juga menyoroti potensi besar dari pertumbuhan sektor Data Center di Batam. Menurutnya, perkembangan pesat sektor ini, dengan banyaknya perusahaan asal AS yang menjadi konsumen utama, justru bisa jadi nilai tawar tersendiri.

“Ini tidak akan tergantikan oleh tempat lain karena keunggulan-keunggulan yang kita miliki, salah satunya adalah pasar yang besar, dan kondisi geografis yang ‘seksi’,” ujarnya.

Penulis: Irvan Fanani