JAKARTA, SERANTAU MEDIA - Indonesia merupakan salah satu negara dengan pecinta makanan pedas terbesar di dunia. Bahkan, merujuk data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dirilis oleh Kementerian Pertanian menunjukkan pada tahun 2022, rata-rata konsumsi cabai per kapita di Indonesia mencapai 4,3 kg per tahun.
Preferensi terhadap makanan pedas ini pun akhirnya memengaruhi industri makanan dan minuman di Indonesia. Banyak produsen makanan yang menawarkan varian pedas untuk memenuhi selera konsumen yang tinggi akan rasa pedas.
Tidak mengherankan jika Indonesia kerap disebut sebagai surganya makanan pedas dengan berbagai hidangan lokal yang mampu menggoyang lidah. Tetapi tahukah anda jika terlalu sering mengonsumsi makanan pedas dapat berbahaya bagi tubuh?
Guru Besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu, mengatakan cabai yang digunakan untuk menambah rasa pedas dalam sebuah makanan mengandung senyawa kimia bernama capsaicin.
Capsaicin dapat menyebabkan luka pada permukaan lambung yang dapat meningkatkan gerak peristaltik dari usus. Kandungan itu juga dapat menyebabkan refluks lambung.
"Misalnya panas dan dia asam lambungnya naik, ketika itu rasa panas cabainya itu masih muncul, itu akan balik lagi, itu akan memperberat dari refluks yang terjadi," ucap Ari.
Hal lain yang harus diperhatikan oleh penikmat rasa pedas, yakni bahan yang digunakan, antara lain cabai atau pedas yang diciptakan dengan campuran zat kimia lainnya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastro Entero Hepatologi RSPAD Gatot Soebroto Dr. Deka Larasati SpPD KGEH juga berpendapat makanan pedas, seperti seblak dalam jangka panjang dapat menyebabkan nyeri perut dan perburukan kondisi peradangan di lambung maupun penderita gastroesofageal reflux diseases (gerd).
Sementara dampak jangka pendek yang dapat ditimbulkan jika seseorang mengonsumsi makanan pedas secara terus menerus, yaitu nyeri perut dan diare.
"Makanan pedas dapat mengiritasi lambung dan memperparah peradangan lambung. Maka dari itu, hindari makan makanan, jamu-jamuan dan obat-obatan yang dapat mengiritasi saluran cerna. Perbanyak makan serat yang berasal dari buah dan sayur. Hindari makanan yang berpengawet," kata Deka seperti dikutip dari Antara.***