PEKANBARU, SERANTAU MEDIA - Nasib baik masih berpihak kepada Butet (27). Meski sempat diserang dua ekor harimau, saat mencari damar di kawasan Sungai Balam, Dusun Nunusan, Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, ia masih bisa selamat.
Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Ujang Holisudin, Rabu (22/10) yang mendapat laporan dari warga menjelaskan, peristiwa mencekam itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB.
“Lokasi kejadian berada di wilayah yang termasuk dalam zona tradisional Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT),” kata Ujang Holisudin.
Korban, sebut Ujang Holisudin, berada di lokasi kejadian saat itu sedang memanen damar untuk menambal perahunya.
Menurut keterangan korban, sebelum ia diserang, sebenarnya Butet sudah mendengar suara raungan harimau dari kejauhan. Namun ia mengabaikannya karena sudah terbiasa mendengar suara satwa liar di kawasan hutan tersebut.
Tak lama kemudian, dua ekor harimau muncul seekor induk dan anaknya. Induk harimau menyerang pergelangan kaki kiri korban, sementara anaknya menggigit lutut kanan.
“Dari pengamatan tim BBKSDA, kemungkinan besar induk harimau sedang mengajarkan anaknya berburu,” jelas Ujang Holisudin.
Dalam kondisi terluka, korban sempat melawan dengan memukul wajah anak harimau hingga terpental. Melihat hal itu, induknya melepaskan cengkeramannya dan pergi meninggalkan lokasi bersama anaknya.
Setelah serangan berakhir, Butet yang berlumuran darah berjalan kaki menuju permukiman warga. Sekitar pukul 12.30 WIB, ia ditemukan dan segera dibawa ke Desa Rantau Langsat, lalu dirawat di Puskesmas Siberida sebelum dirujuk ke RSUD Indrasari Rengat pada pukul 15.30 WIB untuk perawatan intensif.
Setelah menerima laporan kejadian tersebut, Tim BBKSDA Riau bersama Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh langsung turun ke lapangan untuk memantau lokasi kejadian serta menemui korban dan keluarganya.
Selain itu, tim BBKSDA kepada warga sekitar juga mengimbau agar meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sekitar kawasan hutan.
“Kami mengingatkan masyarakat agar tidak beraktivitas sendirian di dalam atau sekitar hutan, dan segera melapor kepada aparat desa atau petugas jika menemukan tanda-tanda keberadaan satwa liar,” pesan Ujang.
Ia juga menegaskan bahwa harimau sumatera merupakan satwa endemik yang berstatus critically endangered (sangat terancam punah) menurut daftar merah IUCN. Konflik antara manusia dan harimau di Riau, katanya, kerap terjadi di wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi akibat semakin sempitnya ruang jelajah satwa tersebut.
“Pasca insiden, BBKSDA Riau bersama pemerintah desa dan pihak TNBT terus melakukan pemantauan intensif untuk memastikan keamanan warga sekaligus menjaga kelestarian harimau sumatera agar tetap hidup harmonis di habitat alaminya,” pungkas Ujang.**
Ilustrasi Harimau Sumatera (net)
-
Sempat Terhenti 7 Bukan, Tujuh Jenis Ikan Kerapu Natuna Diekspor Lagi ke Hongkong
24 Oct, 2025 22 views -
WHO Ungkap Kelaparan dan Penderitaan Masih Parah Terjadi di Gaza
24 Oct, 2025 13 views -
Gubernur Kepri Dampingi Menteri Dukbangga Tinjau Pelayanan KB Gratis di Tanjungpinang
24 Oct, 2025 13 views
Your experience on this site will be improved by allowing cookies
Cookie Policy