SERANTAUMEDIA - Sumanto, yang dikenal sebagai "Hannibal Lecter of Java," telah berubah menjadi kreator konten media sosial yang sedang naik daun. Ia dikenal karena video-videonya yang unik dan menghibur yang sering kali memuat pesan-pesan motivasi.
Pada 15 Januari 2003, Sumanto menggemparkan Indonesia saat ditangkap atas kasus pencurian dan kanibalisme mayat Mbok Rinah.
Setelah diselidiki, ia terbukti bersalah juga karena memakan dua mayat lainnya saat bekerja di perkebunan tebu di Lampung.
Peristiwa itu menggemparkan negara, yang menyebabkan Sumanto dipenjara selama lima tahun. Saat itu, ia didakwa melakukan pencurian, karena kanibalisme tidak diatur dalam KUHP. Namun, kanibalisme kini telah diatur dalam Pasal 271.
Ia akhirnya dibebaskan pada 24 Oktober 2006, setelah menerima beberapa remisi. Namun, kepulangannya ke kampung halamannya mendapat penolakan dari masyarakat. Akibatnya, Sumanto ditempatkan di sebuah pusat rehabilitasi di Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga, di mana ia memulai jalannya menuju penebusan dosa.
Transformasinya dimulai saat Sumanto diundang menjadi brand ambassador untuk sebuah acara di Banyumas pada pertengahan tahun 2024.
Kesempatan ini menandai dimulainya peralihannya ke media sosial, dengan membuat akun Instagram dan TikTok baru untuk membagikan kontennya. Responsnya sangat positif, dan pengikut Sumanto di media sosial pun bertambah dengan cepat.
Kini dengan lebih dari 18.000 pengikut di Instagram, Sumanto menghabiskan hari-harinya di Klinik Kesehatan Jiwa H. Mustajab di Purbalingga, tempat ia bekerja sama dengan tim media sosial untuk membuat konten.
Aktivitasnya berkisar dari berbagi kutipan motivasi dan terlibat dalam rutinitas kebugaran hingga menyiarkan makanan (mukbang) dan bahkan memberi makan ikan di kolam klinik sambil memberikan pelajaran hidup.
Proses pembuatan konten Sumanto mirip dengan proses seorang influencer profesional.
Sebelum syuting, ia didandani oleh timnya untuk memastikan penampilannya segar dan rapi. Salah satu video terbarunya, yang telah ditonton lebih dari 2.800 kali, memperlihatkan dirinya sedang makan sate kambing, sebuah tindakan sederhana yang disukai pemirsa.
Dalam video tersebut, ia tidak hanya berbagi kenikmatannya terhadap makanan tersebut, tetapi juga menyampaikan pesan positif tentang kehidupan dan ketahanan.
"Kegiatan saya antara lain menari, menyanyi, berolahraga, dan membaca Al Quran," kata Sumanto.
"Ketika saya diberi sate, saya senang dan memutuskan untuk membuat video. Itu semua bagian dari rutinitas harian saya di sini."
Meski sudah menjadi tokoh populer di dunia maya, Sumanto mengaku belum pernah terjun ke masyarakat setempat.
"Saya belum sempat berinteraksi dengan warga desa, tapi saya mengunjungi orang tua," katanya.
Perjalanan menjadi seorang kreator konten dimungkinkan oleh Dr. Mulyasari, direktur Yayasan An-Nur, yang menjelaskan bagaimana kehadiran Sumanto di media sosial dimulai.
“Bermula tahun lalu saat Sumanto diminta menjadi brand ambassador untuk sebuah acara di Banyumas. Dari situ, kami membuat akun media sosial untuknya, dan respons masyarakat sangat positif. Sumanto kini membagikan berbagai hal, mulai dari kegiatan sehari-hari hingga kata-kata motivasi,” jelas Dr. Mulyasari.
Memang, karakter Sumanto di dunia maya sangat berbeda dari karakter yang menghantui imajinasi publik bertahun-tahun lalu.
Dulunya ia dianggap sebagai sosok yang menakutkan, kini ia terlihat sebagai pribadi yang humoris, baik hati, dan lebih manusiawi, yang menawarkan perspektif unik tentang kehidupan kepada para pengikutnya.
Kontennya sering kali menampilkan kutipan motivasi dan wawasan edukatif, sehingga sangat kontras dengan masa lalunya. Sumanto kooperatif dan bahkan berinisiatif untuk memunculkan ide kontennya.
“Dia sangat proaktif dalam pembuatan kontennya. Kehadirannya di media sosial sebagian besar ada di Instagram dan TikTok, tetapi belum di YouTube. Meskipun ada beberapa kritik, kami menggunakannya sebagai umpan balik yang membangun,” imbuh Dr. Mulyasari.
Warga sekitar pun turut mengagumi usaha Sumanto. Wati, warga sekitar, menuturkan, “Saya sudah lihat kontennya di Instagram, TikTok, dan Facebook. Hebat sekali melihat Sumanto membuat video seperti itu—mulai dari makan sate, berolahraga, hingga mengikuti kegiatan desa.”
Siswa seperti Nunung Rahmawati juga mengapresiasi pesan-pesan Sumanto.
“Kontennya tidak hanya menarik tetapi juga bermanfaat. Kata-katanya menginspirasi saya, terutama sebagai seorang siswa. Dia menjadi duta merek dan memperoleh ribuan pengikut. Sungguh mengesankan!”
Transformasi Sumanto menjadi kreator konten tidak hanya membantu mengubah citranya, tetapi juga memberikan perspektif baru kepada publik. Dari sosok yang dulu ditakuti banyak orang, Sumanto kini menjadi simbol perubahan, kepositifan, dan ketahanan manusia. *** (dmh)